Karbohidrat, termasuk gula, dibutuhkan anak sebagai
sumber energi dan tumbuh kembang. Namun, konsumsi karbohidrat berlebih
justru membuat anak sulit berkonsentrasi, mudah stres, hingga menjadi
agresif.
”Konsumsi karbohidrat anak dari berbagai sumber maksimum
55 persen dari total makanan yang dikonsumsi,” kata dokter spesialis
kedokteran jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjhin Wiguna,
pekan lalu, di Jakarta.
Asupan gula berlebih, baik dari makanan
maupun minuman, akan memacu peningkatan produksi hormon insulin dalam
tubuh. Ini membuat anak mudah lelah, mengantuk, dan sulit
berkonsentrasi. Karbohidrat berlebih membuat anak mudah stres dan makin
sulit belajar. Kelebihan karbohidrat menimbulkan efek ketagihan. Anak
cenderung menjadi hiperaktif.
”Otak sangat sensitif dengan
perubahan kadar gula,” katanya. Otak memang membutuhkan energi cukup
besar, 20-40 persen dari energi yang dikonsumsi. Namun energi berlebihan
justru mengganggu keseimbangan neurokimia otak anak.
Banyak
orangtua tak menyadari konsumsi gula anaknya. Gula ada dalam karbohidrat
dalam makanan pokok, minuman kemasan, susu bubuk, camilan, hingga
gula-gula yang digemari anak-anak. Gula dalam minuman kemasan dan
camilan ini yang sering tidak ditakar orangtua.
Dokter spesialis
anak dari FKUI Aman Bhakti Pulungan mengingatkan orangtua untuk
memperhatikan asupan gula anak. Tidak hanya memengaruhi kinerja otak,
gula berlebih membuat anak kegemukan hingga kepercayaan dirinya rendah
serta rentan menderita diabetes.
”Jika dulu diabetes identik
dengan penyakit orang tua, kini banyak anak mengalaminya,” ujarnya.
Untuk
mendeteksi gula berlebih pada anak, kata Pulungan, orangtua dapat
melihat dari ada tidaknya Acanthosis nigricans, yakni warna hitam di
leher, ketiak, maupun buku jari. Warna ini lebih gelap dibandingkan
warna kulit sekitarnya. Warna hitam yang terbentuk itu menunjukkan
terjadinya resistensi insulin.
Deteksi warna kehitaman dapat
dilakukan kapan pun, tidak perlu menunggu ada tidaknya gejala pada anak.
Sebanyak 93,9 persen anak gemuk akan memiliki tanda hitam ini.
Selain
mengatur konsumsi gula, orangtua juga perlu mengubah gaya hidup dan
pola hidup anak. Buah dan sayur harus menjadi menu setiap makan anak.
Camilan anak
perlu diganti perlahan, dari camilan tinggi gula menjadi konsumsi
buah-buahan. Konsumsi minuman kemasan tinggi gula perlu diganti dengan
lebih banyak air putih.
Anak harus banyak bergerak, dirangsang
bermain di luar ruang. Menonton televisi atau bermain game sebaiknya
tidak lebih dari dua jam. (MZW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar